Mengapa Doa-doaku Belum Terkabulkan? (Bag.2)

Pada bagian sebelumnya kita telah menyebutkan 10 point nasihat dari seorang ulama besar Ibrahim Ibn Adham mengenai hal-hal yang bisa menyebabkan mengapa doa kita belum dikabulkan oleh Allah Swt, yaitu:

  1. Kalian mengenal Allah, tetapi kalian tidak menunaikan hak-Nya.

  2. Kalian mengaku mencintai Rasul-Nya, tetapi kalian meninggalkan Sunnahnya.

  3. Kalian membaca Al-Quran, tetapi kalian tidak mengamalkan isinya.

  4. Kalian banyak diberi nikmat karunia, tetapi kalian tidak mensyukurinya.

  5. Kalian mengatakan bahwa syetan adalah musuh, tetapi kalian justru mengikuti langkahnya.

  6. Kalian mengaku bahwa surga adalah benar adanya, tetapi kalian tidak melakukan amal-amal yang mengantar ke sana.

  7. Kalian mengaku bahwa neraka adalah benar adanya, tetapi kalian tidak lari dari panas siksanya.

  8. Kalian  mengaku bahwa kematian adalah benar adanya, namun kalian tidak mempersiapkan diri ke sana.

  9. Kalian sibuk mengurusi kekurangan orang lain, tetapi kalian lupa akan kekurangan diri sendiri.

  10. Kalian menguburkan jenazah, akan tetapi tidak mau mengambil pelajaran dari peristiwa kematian.

Pada bagian ini kita akan membahas kesepuluh point tersebut lebih mendalam, sehingga insha Allah dengan usaha-usaha kita makin mendekatkan diri kepada Allah Swt, Allah akan ridha dan mengabulkan semua doa dan harapan kita.

1. Kenali Allah dan tunaikan hak-Nya

Allah Swt berfirman:

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak Tuhan selain Aku, maka sembahlah aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku.”(QS.Thaha,20:14)

Kewajiban pertama seorang hamba adalah mengenal Allah Swt. Ketahuilah bahwa Allah adalah Pencipta dan Pengatur alam semesta ini. Tidak ada Tuhan selain Allah yang bisa melakukan apa yang telah Allah lakukan. Bumi dengan segala isinya adalah ciptaan Allah Swt. Manusia diciptakan Allah dan akan kmbali kepada Allah Swt, Inna lillaahi wa inna ilaihi raa’jiuun. Sehebat dan sekaya apa pun manusia, pasti akan kembali kepada Allah Swt.

Setelah mengenal Allah Swt. dengan segala sifat dan kekuasaan-Nya, manusia harus menempatkan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang diibadati. Loyalitas mutlak harus diberikan hanya kepada-Nya. Tidak dibenarkan seorang hamba melakukan loyalitas ganda atau multi kepada selain Allah Swt.

Dalam Hadis Rasullah telah bersabda dan dalam kitab-Nya Allah Swt. berfirman mengenai 10 hak-hak Allah Swt terhadap makhluk ciptaan-Nya dan hak manusia terhadap Pencipta-Nya:

“Dan tidak aku ciptakan manusia dan jin melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Az-Zaariyaat,51:56)

“Katakanlah (Muhammad), “Mari aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apapun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena (takut) miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi; janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti (151). Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya . Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun  dia kerabat(mu) dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat (152). Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa (153). (QS.Al-An’am,6:151-153)

“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah dan jauhilah Taghut (semua sesembahan selain Allah)…” (QS.An-Nahl,16:36)

Dinarasikan oleh Mu’adh bin Jabal Radiyallahu Anha, dia berkata:

Ketika itu saya sedang mengendarai keledai di belakang Rasulullah Saw dan dia berkata, “O Mu’adh, apakah kamu tahu apa hak Allah terhadap manusia dan apa hak manusia terhadap Allah?”  “Aku menjawab, “Allah dan Utusan-Nya lebih tahu,” Dia (Rasulullah  Saw) melanjutkan, “Hak Allah atas makhluk-Nya adalah hanya beribadah kepada Allah dan tidak pernah menyekutukan-Nya kepada lain-Nya. Hak manusia terhadap-Nya adalah tidak menghukum siapapun yang tidak menyekutukan-Nya.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Jelaslah dari sekian banyak kewajiban manusia terhadap Allah, Allah menempatkan kewajiban “Beribadah kepada-Ku dan tidak menyekutukanKu” pada urutan pertama, artinya yang terpenting. Karena masuk surga atau nerakanya seseorang, yang Allah hisab pertama adalah pada kualitas ini.

Tentu saja ada setan yang tujuan utama mereka adalah menyesatkan manusia. Dan pintu utama yang dilalui setan adalah melalui pintu Shirk.

Dinarasikan dari Jabir Radiyallahu Anha, Rasulullah Saw berkata:

“Siapapun yang bertemu Allah (pada Hari Perhitungan) dan dia tidak menyekutukan-Nya (dalam ibadah) akan memasuki surga; dan siapapun yang bertemu dengan-Nya dan telah berbuat Shirk dalam berbagai bentuk (shirk besar maupun shirk kecil) akan memasuki api neraka.” (HR.Muslim)

Berulang kali Rasulullah Saw menegaskan mengenai bentuk-bentuk shirk agar umatnya menjauhi dari perbuatan-perbuatan tersebut, karena seringkali karena keterbatasan ilmu kita (atau bahkan orang-orang berilmu sekalipun) tidak menyadari telah melakukannya, karena begitu pintarnya setan meniupkannya ke dalam hati manusia.

Di bawah ini akan diuraikan beberapa perbuatan-perbuatan shirk yang acapkali terjadi di masyarakat kita, yang sudah mendarah daging menjadi sebuah tradisi, sehingga kita pun tidak menyadari bahwa praktek-praktek ini merupakan bagian dari shirk dan ditanpa disadari juga telah membuat pelakunya keluar dari agama Islam. Mengapa demikian? Banyak orang yang beragama Islam tapi tidak mengetahui apa itu arti Islam sesungguhnya.

Islam itu sendiri bermakna kepatuhan, ketundukan kita kepada semua perintah Allah Swt yang dinyatakan melalui semua anggota tubuh kita (dengan perkataan & perbuatan), seperti lidah dengan menyatakan laa illaha illa Allah Muhammad Rasul Allah  (tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah), dan selanjutnya melalui perbuatan seperti melaksanakan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.

Bila seseorang sudah menyatakan ‘saya beragama Islam’ tapi tidak tunduk dan patuh kepada semua perintah yang ada di dalamnya, artinya menjalankan satu perintah dan meninggalkan perintah lainnya, berarti dia telah keluar dari rel-rel ajaran Islam. Rasulullah Saw menyatakan, “Ikutilah agamaku secara kaffah” artinya mengikuti semua ajaran Islam secara menyeluruh.

Baiklah, mari kita kembali kepada uraian mengenai perbuatan-perbuatan shirk yang telah Rasulullah Saw peringatkan kepada umatnya untuk dijauhi:

1. Ar-Riya

Rasulullah Saw menyatakan dalam sebuah hadisnya:

“Yang paling aku takutkan dari umatku adalah salah satu bentuk shirk.” Ketika ditanya apa itu, ia berkata, “Ar-Riya””

Ketahuilah bahwa riya adalah bentuk shirk yang paling halus, laksana debu yang dibisikkan setan ke dalam hati manusia, sehingga seringkali manusia tidak menyadari bahwa ia telah kehilangan pahala-pahala amal perbuatannya karena riya ini.

Riya adalah melakukan amal perbuatan karena ingin dipuji atau dilihat oleh manusia lain, bukan hanya karena dasar Allah Swt semata. Contohnya seperti kita memperindah dan memperlama gerakan-gerakan dan bacaan shalat kita, bacaan Al-Quran,dsb, karena ada bos kita atau orang lain menyaksikan dan ingin terlihat tampil baik, tapi ketika tidak ada orang lain menyaksikan ia melakukannya biasa-biasa saja. Atau ketika di kantor, seseorang melaksanakan shalat, karena ia tidak ingin dicap sebagai muslim yang buruk, tapi di luar kantor ketika tidak ada orang menyaksikan ia tidak menunaikan ibadah shalat, dsb.

Rasulullah mengatakan, “Sembunyikanlah perbuatan baikmu seperti halnya kau menyembunyikan perbuatan burukmu.”

Sesungguhnya tindakan Riya ini lebih ditakutkan bagi para orang-orang Shaleh, dengan keilmuan mereka, mereka lebih mudah jatuh ke dalam perangkap ini, sebagaimana setan menyatakan sumpahnya, akan menggoda manusia yang paling bertakwa di antara mereka dibanding lainnya.

2. Memohon pertolongan Allah dengan menyandarkan diri melalui perantara

Sebutlah sebuah perumpamaan, antara seorang raja dan rakyatnya. Seorang raja karena kedudukan yang begitu tinggi, maka ia tidak bisa sembarangan ditemui oleh rakyatnya. Ada protokol-protokol tertentu seperti menemui para ajudan, menteri dsb, sebelum ia bisa bertemu Raja.

Demikianlah yang dibisikkan setan kepada hati manusia. Manusia biasa seperti kita hanyalah seorang makhluk yang lemah dan rendah, sementara Allah Maha Tinggi, Arasy-Nya tidak terjangkau oleh kita. Oleh karena itu, bila ingin meminta sesuatu datanglah kepada para Auliya, orang shaleh, Imam, kyai, ulama, shaikh dll yang lebih berilmu darimu, sesungguhnya doa mereka lebih makhbul  daripada apabila engkau lakukan sendiri. Demikian yang dibisikkan setan kepada manusia.

Inilah yang terjadi pada sebagian masyarakat kita, ketika kita memiliki keinginan, terkena musibah, dll, kita datang kepada orang-orang tersebut, bahkan datang ke kuburan-kuburan para wali, untuk meminta kharamah mereka, diharapkan dengan kharamah mereka tersebut Allah berkenan mengabulkan keinginan kita.

Ketahuilah, bagaimana Allah berfirman mengenai hal ini kepada umat-Nya,

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (Al-Qaf,50:16)

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untukmu.” (QS.Al-Mukmin,40:60)

Sesungguhnya Allah itu sangatlah dekat, ketika kita shalat Allah berada di antara kita dan kiblat. Ketika kita memiliki keinginan apapun, atau memohon diringankannya musibah kita, dsb, maka datanglah kepada-Nya secara langsung. Allah adalah satu-satunya sang Maha Penolong tanpa perlu ada perantara untuk menemuinya. Dan menyandarkan pertolongan kepada selain daripada-Nya, adalah salah satu bentuk dari shirk.

3. Menyandarkan diri pada benda-benda atau makhluk hidup selain Allah Swt, sebagai sumber pertolongan.

Banyak sekali tradisi kita yang sesungguhnya lekat dekat shirk. Dan kita terus melaksanakannya dengan alasan melestarikan budaya nenek moyang, para pendahulu, para wali, sunan, dsb, dan gak elok kalau tidak meneruskan kebiasaan-kebiasaan ini. Rasulullah Saw diutus Allah Swt menjadi Rasul di tanah Arab, dengan maksud salah satunya adalah menghapusnya tradisi-tradisi kaum jahiliyah yang sudah jauh menyimpang dari tauhid (monotheism/Keesaan Allah, ajaran yang pertama kali dibawa Nabi Ibrahim AS) dan mengarahkannya kembali kepada ajaran Islam.

Bila sekarang umat Islam  kembali mengagungkan tradisi dan budaya dan menempatkannya lebih utama dibandingkan ajaran yang dibawa Rasulullah Saw, maka kita tak ubahnya telah kembali seperti kaum Jahiliyah dahulu.

Contohnya:

a. Perayaan Maulid Nabi Saw atau biasa disebut dengan sekaten, dengan memberikan sesajen-sesajen untuk dipersembahkan kepada Taghut (sesembahan selain Allah Swt, i.e. Nyi Roro Kidul, Ratu Laut, dsb), agar mereka memberikan pertolongan dan keselamatan.

Allah dalam Kitab-Nya berfirman:

“Bukankah Allah yang mencukupi hamba-Nya?Mereka menakut-nakutimu dengan sesembahan selain Dia. Barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah maka tidak seorangpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (QS.Az-Zumar,39:36)

b. Mendatangi dan memberikan sesajen kepada kuburan-kuburan keramat, dengan percaya bahwa kharamah dari orang yang telah meninggal tersebut dapat membawa keberkahan dan keselamatan.

c. Mandi di sumber-sumber air yang dianggap suci, dengan kepercayaan bisa menghapuskan dosa-dosa, malapetaka dan kesialan. Sesungguhnya, dosa-dosa hanya bisa terhapuskan dengan jalan bertaubat, sholat dua raka’at, memohon ampunan dan menyatakan penyesalan tidak akan berbuat kembali. Murka Allah atas mereka, apabila berpikir bahwa ada sesuatu dari ciptaan-Nya yang bisa melakukan apa yang hanya bisa Allah lakukan, seperti menghapuskan dosa-dosa dan memberikan keselamatan.

d. Membuat sesajen, menanamkan sesuatu sebelum membangun rumah/bangunan, dengan kepercayaan barang tersebut bisa membawa keselamatan.

e. Memohon kepada seseorang yang dianggap memiliki kharamah untuk mencari hari baik, untuk melaksanakan pernikahan atau perayaan lainnya. Dengan percaya pada hal ini, berarti mempercayai bahwa Allah Swt telah menciptakan ‘hari baik’ dan ‘hari buruk’, sementara Allah Swt menyatakan Dia menciptakan manusia dan jin hanya untuk beribadah kepada-Nya, bahkan setiap helaan nafas pun untuk beribadah (kecuali pada waktu-waktu yang memang diharamkan).

f. Menggunakan jimat, cincin, tasbih, gelang, kalung yang bertuliskan ayat-ayat Al-Quran maupun tidak, dengan percaya mereka bisa mendatangkan keselamatan dan keberkahan bagi si pemakainya.

Allah dalam Kitab-Nya berfirman:

“Dan sungguh, jika engkau tanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Kalau begitu tahukah kamu tentang apa yang kamu sembah selain Allah? Jika Allah hendak mendatangkan bencana kepadaku, apakah mereka mampu menghilangkan bencana itu? atau jika Allah hendak mendatangkan rahmat kepadaku, apakah mereka dapat mencegah rahmat-Nya?” Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku, Kepada-Nyalah orang-orang yang bertawakal berserah diri.” (QS.Az-Zumar,39:38)

Imam bin Husain Radiyallahu Anha menarasikan:

“Rasulullah Saw suatu ketika melihat seseorang menggunakan cincin ditangannya dan ditanya oleh beliau, “Apa ini?” Dia menjawab, “Ini untuk mencegah kelemahan di usia tua.” Dia (Rasul) berkata,”Lepaskan, untuk itu hanya akan menambah kelemahanmu. Apakah kamu menginginkan kematian mendatangimu ketika kamu masih mengenakannya? Kamu tidak akan pernah sukses (di akhirat).” (HR.Ahmad)

Dalam hadis lain Uqbah bin Aamir menarasikan bahwa Rasulullah Saw berkata:

“Siapapun yang mengenakan jimat, dia tidak akan melihat keinginannya dikabulkan oleh Allah. Dan siapapun yang menggantunkan kulit kerang (sebagai jimat) tidak akan mendapatkan ketenangan dan kedamaian.” (HR.Ahmad)

“Siapapun yang mengenakan jimat telah melakukan shirk (polytheism).”

Dinarasikan oleh Ibn Abi Hatim dari Hudhaifah Radiyallahu Anhu:

“Dia melihat seorang pria dengan gulungan benang pada tangannya (sebagai perlindungan atau penyembuhan dari demam), lalu dia mememotong gelang tersebut dan membaca ayat: “Kebanyakan dari mereka percaya kepada Allah dan masih mempraktekkan shirk”(QS.Yusuf,12:106).”

Menggunakan jimat (atau sesajen) dengan maksud mengusir setan adalah termasuk bagian dari shirk. Kecuali dengan membacakan ayat-ayat Al-quran diperbolehkan (ruqyah).

Ar-Ruqa, At-Tama’im dan At-Tilawah

Ar-Ruqa atau Al-Aza’im adalah membacakan jampi-jampi atau mantera.

At-Tama’im adalah meletakkan jimat di sekeliling leher seorang anak dengan maksud menyelamatkan mereka dari bahaya setan, meskipun mengandung ayat-ayat Al-Quran maupun tidak.

At-Tilawah adalah pelet, sesuatu yang dilakukam seseorang yang mengklaim bisa membuat seorang istri lebih disayangi suami atau sebaliknya.

Dinarasikan dari Abu Bashir Al-Ansari Radiyallahu Anha,

“Dia sedang menemani Rasulullah Saw dalam sebuah perjalanan, dan Rasulullah Saw mengirimkan seseorang untu memerintahkan: “Tidak boleh ada kalung dari simpul tali atau kalung jenis apapun di sekitar leher unta-unta kecuali ia dipotong.” (Al-Bukhari&Muslim)

Ibn Mas’ud Radiyallahu Anha menarasikan bahwa ia mendengar Rasulullah Saw berkata:

Ar-Ruqa, At-Tama’im dan At-Tilawah semuanya adalah perbuatan Shirk.” (Musnad Ahmad dan Abu Dawud)

Ganjaran bagi orang yang memotong kalung, jimat dll dari seseorang

Sa’id bin Jubair Radiyallahu Anha berkata:

“Siapapun yang memotong jimat atau kalung dari seseorang, itu setara dengan membebaskan seorang budak.”

4. Ruqyah

Meminta pertolongan seseorang untuk melakukan ruqyah (membacakan ayat Al-Quran) untuk menyembuhkan dia, adalah perbuatan shirk. Tetapi diperbolehkan melakukan ruqyah untuk orang lain bagi yang mampu melakukannya. Ruqyah diperolehkan hanya untuk mengusir setan dan menyembuhkan dari sengatan racun.

Dalam sebuah narasi para sahabat Nabi pernah menyatakan bahwa bahaya shirk kecil itu lebih besar dari bahaya shirk besar. Karenanya umat banyak terperangkap dalam perbuatan ini dan tidak menyadari bahwa yang dilakukannya termasuk menyekutukan Allah dengan yang lain.

Insha Allah, di kemudian hari kita semua bisa lebih waspada dengan perangkap Shirk ini, serta menjauhinya dan mampu mencegah orang lain melakukannya. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengenali Allah Swt melalui pendalaman ilmu tauhid. Mudah-mudahan pada kesempatan lain kita bisa membahas ilmu tauhid lebih khusus lagi. Karena memahami masalah ini sangatlah penting sebelum kita melaksanakan ibadah yang lain, termasuk shalat. Karena tanpa pemahaman yang benar tentang Tauhid, seseorang yang shalat, puasa,dsb pun bisa terperangkap pada praktik-praktik Shirk.

Ketaatan yang berikutnya dan yang utama yang harus dilakukan oleh seorang hamba kepada Allah Swt adalah shalat. Shalat adalah kewajiban yang tidak bisa digantikan oleh praktik lain. Shalat wajib dilaksanakan dalam keadaan bagaimanapun. Bahkan dalam keadaan sakit parah, selama kesadaran tetap ada, shalat dapat dilakukan dengan hanya kedipan mata sebagai isyarat gerakan.

Meninggalkan shalat adalah dosa besar. Bahkan Rasulullah Saw memberi batasan perbedaan antara seorang Muslim dan seorang kafir adalah shalat. Seorang Muslim adalah seseorang yang senantiasa menegakkan shalat. Orang yang meninggal kewajiban shalat adalah orang kafir.

Rasulullah Saw bersabda:

“Wahai Mu’adh, apakah kamu tahu apa hak Allah terhadap manusia dan apa hak manusia terhadap Allah?”  “Aku menjawab, “Allah dan Utusan-Nya lebih tahu,” Dia (Rasulullah  Saw) melanjutkan, “Hak Allah atas makhluk-Nya adalah hanya beribadah kepada Allah dan tidak pernah menyekutukan-Nya kepada lain-Nya. Hak manusia terhadap-Nya adalah tidak menghukum siapapun yang tidak menyekutukan-Nya.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Semoga setelah kita mengenali Allah Swt beserta hak-hak-Nya, dan menjauhi hal-hal yang tidak disukai-Nya, dengan hanya bertawakal kepada Allah Swt semata kita harapkan Allah akan ridha mengabulkan segala doa-doa dan keinginan kita.

Insha Allah pembahasan mengenai point-point selanjutnya akan dilanjutkan pada bagian berikutnya.